Kisah Petani Sukses Aceh Muslahuddin Daud Setelah Resign dari Bank Dunia

Oleh:   A Rajab A Rajab   |   January 28, 2020
muslahuddin daud petani sukses di aceh resign dari bank dunia
Muslahuddin daud

Habatani.com - Memilih petani sebagai profesi disadari betul oleh pria yang telah berkeliling di berbagai negara ini. Sebelum menjadi petani, Maslahuddin Daud telah menjadi karyawan di perusahaan multinasional dengan gaji yang begitu menggiurkan

Namun pria yang dipanggil bang Mus ini meminta untuk tidak mengekspose soal itu. Ia tak ingin hal itu menjadi berita yang bombastis. Saat ini pria yang berasal dari Aceh ini telah memiliki area perkebunan seluas 8 hekatere.

Selain sibuk bertani, ia juga aktif menjadi pemateri di berbagai workshop nasional dan internasional. Ia juga akan mendirikan Muslahuddin Daud Center, Pusat Belajar Pertanian Terpadu untuk memajukan petani. Dan sebagai konsultan sebuah proyek Support to Climate Change Response-Technical Assistance Component (SICCR-TAC) GIZ atas dukungan dana Uni Eropa.

Ia baru saja terpilih sebagai Pahlawan untuk Indonesia 2017 untuk Kategori Pertanian dari MNC TV dengan dewan juri Mahfud MD, Kofifah, Prof Firmansyah dan lainnya.

Belum cukup, ia masih menjadi konsultan Gubernur Aceh untuk masalah pertanian. Namun di sela-sela kesibukannya ini, ia menyediakan waktu untuk Trubus.id mewawancarainya. Seperti apa, yuk kita simak wawancaranya:

Apa triger utama memutuskan jadi petani?

Sebenarnya tidak ada peristiwa khusus yang menjadi trigger utama saya memutuskan menjadi petani.

Keputusan itu akibat akumulasi banyak hal, pertama pengalaman empiris berinteraksi dengan petani diberbagai wilayah di Indonesia yang kemudian dibandingkan dengan petani di wilayah Thailand dan wilayah lain yang sempat saya kunjungi.

Di sini muncul keinginan kuat untuk menjadi bagian dari persoalan mereka.

Kedua, sebagai profesional saya cukup banyak mencoba memberikan kontribusi untuk perubahan kebijakan dan menggunakan pihak ketiga untuk dapat membantu masyarakat miskin, namun hasilnya tidak cukup menggembirakan.

Ketiga ada keinginan kuat dari saya untuk membalikkan fakta, bahwa bertani tidak harus selamanya identik dengan kemiskinan dan memposisikannya sebagai pilihan pekerjaan terakhir.

Saya berkeinginan memiliki standar bahwa petani memiliki mobil double cabin di rumah mereka seperti kebanyakan petani Thailand.

Apakah ini cita-cita Bang  Mus sejak kecil?

Sebagai seorang anak yang lahir dalam keluarga miskin, saya tidak punya khayalan terlalu tinggi, namun yang sering saya ceritakan kepada kawan-kawan sepermainan sambil bergurau, saya ingin keliling dunia, menjelajah tempat-tempat terpencil.

Tidak disangka, saya mendapatinya relatif dalam waktu yang cukup singkat, saya mulai menjelajah dunia tahun 2002. Tempat yang pertama kali saya injak kaki adalah Hawaii USA, ketika saya berhasil lulus sebagai young leadership program di Asia.

Masa kecil Bang Mus dekat dengan dunia pertanian?

Ya, masa kecil saya memang dunia pertanian. Sejak kelas tiga SD sudah ke sawah, ke ladang bahkan ke Gunung.

Saya berguru dari kakek saya, yang menurut saya untuk skala desa cukup sukses. Sukses orang desa sebagai petani yang mampu berhaji dari hasil pertanian, mewakafkan tanah ke mesjid serta berperan besar dalam pembangunan tempat ibadah dan pendidikan.

Dia guru saya yang sangat melekat dalam hidup saya, penuh disiplin, semangat dan berusaha keras mencapai tujuan.

Selain jadi petani apa kegiatan bang Mus? 

Profesionalitas yang sudah melekat dalam diri saya, tentu saja dapat digunakan sesuai dengan waktu yang tersedia, saat ini saya sebagai konsultan sebuah proyek Support to Climate Change Response-Technical Assistance Component (SICCR-TAC) GIZ atas dukungan dana Uni Eropa.

Pengalaman bergelut dalam dunia resolusi konflik, membuat saya sering diundang memberi pelatihan di wilayah konflik seperti Thailand, dan Philipines, selain itu ada mengajar kalau ada undangan untuk topik yang sesuai keahlian saya.

Saya juga diminta memberikan advis kepada Gubernur Aceh untuk urusan pertanian dan perkebunan.

Mayoritas petani tidak sejahtera apa yang salah? 

Sistem pertanian kita yang belum memihak kepada petani. Petani selama ini hanya dilihat dari subsidi pupuk, bibit dan alat pertanian. Pertanian tidak dikelola sebagai pilar pembangunan, sebagai main driver untuk menjadikan multiplayer effect kepada sektor lain.

Kemampuan petani hanya mampu berproduksi secara baik, tetapi faktor akses permodalan, infrastruktur, kelembagaan dan pemasaran bukan tugas petani. Selama siklum sistem ini tidak diperbaiki, jangan pernah bermimpi petani akan sejahtera. Selain sejahtera hanya jargon politik saja.

Apa Tujuan Besar Bang Mus Jadi Petani?

Tujuan besar saya adalah perubahan mindset dan pola pikir petani yang identik dengan kemiskinan.

Saya bercita-cita menata 5 tantangan terbesar yang dihadapi pertanian Indonesia lewat Muslahuddin Daud Center, Pusat Belajar Pertanian Terpadu, (Mohon bantuan Presiden untuk merealisasi pusat belajar ini).

Disini saya berencana mendidik kader pertanian yang mandiri dengan minimalisir ketergantungan pada pihak lain serta memiliki keilmuan marketing yang dapat memotong mata rantai pasar (value chain), memiliki kelembagaan yang kuat, kelembagaan yang tertata rapi sebagai organisasi dan melakukan kaderisasi untuk sebuah gerakan perubahan.

Terus terang saat ini saya cukup kewalahan menerima banyak pertanyaan dan persoalan dari petani dari seluruh nusantara lewat Whatsapp. Facebook dan email, yang kini mencapai 4000 orang kurang lebih.

Oleh karenanya saya sudah menyiapkan lahan sekitar 8 ha untuk saya jadikan pusat rujukan pertanian yang dapat direplikasi oleh petani untuk menjawab persoala ekonomi, ekologi dan sosial.

Tentu saja kalau saya buat sendiri butuh waktu yang lama, oleh karenya saya membutuhkan para pihak berbagi peran, terutama pemerintah dan CSR perusahaan BUMN

Apa Makna Petani Bagi Bang Mus ?

Petani bagi saya adalah pilar pembangunan manusia dan bangsa, petani sebenarnya bukan hanya sekedar produser raw material pangan tetapi petani adalah founder bagi kecukupan nutrisi dan gizi anak bangsa.

Oleh karenanya keberpihakan kebijakan terhadap petani, mutlak harus dilakukan pemerintah sehingga akan melahirkan iklim kesederajatan di  negeri ini.

Tips bagi Petani Pemula?

Jangan pernah menunggu hingga kondisi sempurna untuk memulai sesuatu, profesi kita akan sangat tergantung bagaimana kita memaknai sendiri. Setiap orang berbeda dalam tujuan hidup, bertani bukanlah sebuah pilihan yang hina seperti yang dihinakan oleh orang.

Memang sekarang kondisi mungkin belum sepenuhnya mendukung, tapi keyakinan dan kecintaan atas profesi akan membuat banyak perubahan. Belajar dari orang-orang yang sudah memulai dan berhasil, ikuti dan modifikasi sesuai dengan kemampuan.

Sebagai mantan karyawan Bank Dunia, pengalaman apa yang bisa diaplikasikan di Aceh?

Sebenarnya bukan Bank Dunia saja tempat saja berkarir, mulai saya sebagai aktivitis tahun 1999 di Forum LSM Aceh, Non-Violence Intenational, Hendry Dunant Centre, UN OCHA dan GIZ, semua perjalanan karir akan memberikan kontribusi peningkatan kapasitas pribadi saya yang dapat diaplikasikan dalam dunia pertanian terutama bagaimana struktur pikir, analisis serta cara pandang yang harus dipilih dan dijalankan. (trubus)


Tampilkan Komentar